6 Tahun 6 Jam
Jarak. Karenanya mata ini tak pernah saling tatap, raga tak
pernah bersatu hanya untuk sekedar mencumbu. Tertawa renyah hanya sebatas
garis-garis pada memo yang terpampang pada layar ponsel. Melihatnya menangis
atau tengah bersedih hanya sekedar emoticon titik dua buka kurung yang ia
selipkan ditengah pesan-pesan yang ia kirim untukku. Sampai lelah hati ingin
mengutara rindu. Karena setiap waktu yang ada adalah doa. Rangkaian kalimat
yang teruntai untuk disampai pada Yang Kuasa untuk segera mempertemukan.
Sesederhana kata yang terucap “izinkan aku bertemu dengannya
sebentar saja. Untuk melepas rindu.” Dan Tuhan memberikan sesuai harap. Pada
hitungan tahun pisah, hitungan ratusan hari tak bersua, diberikan secelah waktu
hitungan menit untuk jumpa. 6 jam. Tak lebih seperempat hari yang tersisa
ditengah kelelahan kerja.
Apa kita salah berharap? Salah menguntai doa? Kilat sekali
perjumpaan yang ada. Tapi syukur harus selalu terpanjat. Mungkin saat mengucap
doa tidak sembarang kita berharap. Mungkin akan ada pertemuan yang lebih lama
dari sekedar ini. Mungkin memang sejenak waktu yang ada tapi membekas di hati.
Karena disini tercipta waktu unik yang kita miliki. Bagaimana mungkin pada
hitungan waktu bisa sama seperti ini. 6 tahun perpisahan yang terbalas jumpa 6
jam? Satu jam untuk setiap tahunnya. Ahahah
Aku mengasihimu melebihi dari yang nampak. Karena kamu
manusia yang paling bisa menghargai sebuah proses~ bagiku. Sedari dulu ketika
kamu membuat benda-benda kecil yang kau sebut sebagai “tanda persahabatan”
ahah. Dewasa ini aku menyadari sebuah persahabatan tak lantas harus memiliki
tanda. Ketika di hatimu terselip sebuah nama yang kau pikir disana kau bisa
berkembang semakin baik- iya itu sahabat. Dan aku merasakannya ketika
bersamamu. Bersama komunikasi yang kita jalani dengan maya. Kau cukup
menginspirasi hariku, memberikan motivasi ketika aku benar-benar jatuh. Tak
perlu tanganmu. Tak perlu bahu atau pelukmu. Nada lembut yang kau ucap melalui
Voice Note (VN) BBM itu cukup. Cukup karena sekali lagi jarak yang mungkin
belum memberi izin untuk kembali menemukan kita.
Lihat pada kaos saja kau sempat mengingat untuk bisa memakai
bersama. Berdua. Kau menghargaiku dengan memakainya. Memaksaku ikut memakai.
Meski harga tak seberapa. Ini yang aku salut sama kamu dari dulu.
JOGJA : kota lamamu dan juga kota harapanmu. Disini kau
menimbun banyak kenangan. Termasuk aku. Meski aku sering muncul tak terundang,
kamu menempatkan aku di lobi hati J
“sahabat sejati adalah satu jiwa dalam dua jasad.” ~Aristoteles.
Selalu satukan jiwa. Meski raga berjarak. Terimakasih. Tak
ada kisah yang lebih indah dari sebuah hubungan jarak jauh bersamamu. –Audhina
Novia Silfi-
20Okt2015
Komentar
Posting Komentar